Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Traveling: Mencari Dewa di Gunung Kawi

Tips Traveling: Mencari Dewa di Gunung Kawi
credit:instagram@agm_photography.id

Tidak jauh dari Kota Malang, ada sebuah objek wisata yang jadi unggulan di Jawa Timur. Gunung Kawi yang berada di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, mempunyai daya tarik bagi siapa pun. Terutama bagi para peziarah. 

Sebenarnya, Kawi tidak termasuk gunung tinggi, juga tidak indah. Pemandangan alam yang ditawarkannya kalah jauh dengan gunung-gunung lain seperti Bromo, Lawu atau Semeru. Kawi menjadi objek wisata primadona bagi masyarakat Tionghoa, karena diyakini sebagai tempat persemayaman para dewa.

Menginjakkan kaki di Gunung Kawi seolah masuk ke zaman Tiongkok kuno. Bagaimana tidak? Sepanjang mata memandang, tak hanya etnis Tionghoa yang banyak terlihat. 

Nantinya para wisatawan akan banyak menemukan bangunan-bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, seperti kuil atau klenteng dan patung-patung dewa. Dan, banyak juga pernak-pernik yang mengesankan budaya masyarakat Tionghoa. 

Biasanya orang-orang Tionghoa mengunjungi Gunung Kawi untuk melakukan ritual keagamaan atau sekadar melepas lelah.

Di Gunung Kawi, ada dua tempat ibadah yang menjadi tempat khusus para etnis Tionghoa, yaitu kediaman Tan Kie Lam dan Kuil Dewi Kwan Im. 

Tan Kie Lam adalah warga Tionghoa yang dulunya merupakan murid kesayangan salah seorang pemuka masyarakat di Gunung Kawi. Adapun Kuil Dewi Kwan Im merupakan tujuan utama warga Tionghoa yang datang berkunjung.

Keberadaan Kuil Dewi Kwan Im tampak mencolok dengan lilin raksasa sebagai simbol dari Ti Kong. Lilin ukuran ekstra itu berpenampilan mewah dan berada di lantai kuil berbahan batu granit. 

Patung Dewi Kwan Im berwarna emas, berbahan dasar perunggu dengan tinggi delapan meter dan terletak di depan tempat lilin Ti Kong. Seperti sedang menyambut siapa pun yang memasuki kuil ini.

Ngalap Berkah

Tips Traveling: Mencari Dewa di Gunung Kawi
credit:instagram@yoiki_malang

Setiap harinya kedua tempat ini tak pernah sepi. Pengunjungnya tak hanya dari etnis Tionghoa, tapi juga dari berbagai etnis lain. Niatnya juga bermacam-macam. 

Dari sekadar melihat-lihat, berziarah, hingga yang paling banyak adalah untuk ngalap berkah (mencari kekayaan) dari para dewa, atau hal lain yang mereka percayai.

Apalagi pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Legi, Senin Pahing, hari Raya Imlek, dan perayaan tahun baru Jawa atau bulan Suro. Pengunjung yang datang begitu melimpah. 

Menyulap Gunung Kawi menjadi 'kota di pegunungan',  layaknya pasar malam dengan lautan manusia dan toko-toko souvenir berjejeran. Bisnis penginapan dan guide (pemandu wisata) pun menjadi tumbuh subur.

Tempat kunjungan untuk ngalap berkah tak hanya ada di dua tempat. Banyak juga pengunjung yang mendatangi dan duduk di bawah pohon Dewandaru. Pohon ini oleh orang Tionghoa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa. Dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan, kekayaan atau agar keinginan terpenuhi.

Syaratnya, para pengunjung harus sabar menanti jatuhnya daun pohon Dewandaru. Untuk memanfaatkannya sebagai jimat keberuntungan, daun itu dibungkus dengan selembar uang dan disimpan ke dalam dompet.

Ada juga kompleks makam yang dikeramatkan, yaitu makam dua tokoh kejawen: RM Imam Soedjono, dan Kanjeng Zakaria II alias Mbah Djoego. Di makam ini, banyak pengunjung atau peziarah yang melakukan berbagai ritual agar keinginan mereka terpenuhi.

Sekitar enam kilometer dari kompleks makam, ada pertapaan Gunung Kawi. Kompleks pertapaan ini penuh dengan ornamen Tionghoa. Di ruang utama ada tiga dukun yang siap menerima dan berdoa kepada para dewa untuk melancarkan rezeki para peziarah.

Dengan banyaknya tempat-tempat untuk ngalap berkah, tak berlebihan jika Gunung Kawi dicitrakan sebagai tempat pesugihan (mencari kekayaan). 

Namun, bagi kalangan kejawen (penggiat budaya Jawa) dan Pemda setempat, Gunung Kawi merupakan wahana pelestarian budaya Jawa. Banyak ritual kejawen yang bisa dilihat dan dinikmati di sini.

Post a Comment for " Tips Traveling: Mencari Dewa di Gunung Kawi"