Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Traveling: Pesona Gunung Agung Bali

Tips Traveling: Pesona Gunung Agung Bali
credit:instagram@e_journeey

Gunung Agung merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Gunung tersebut merupakan gunung tertinggi se-pulau Dewata Bali. Puncaknya mencapai 3.142 meter di atas permukaan laut. 

Namun beberapa pengamat mengatakan kalau Gunung Agung sebenarnya telah kehilangan sebagian puncaknya pada 1963, ketika untuk terakhir kalinya gunung ini meletus. Tingginya sekarang diprediksi tak lebih dari 3.014 meter di atas permukaan laut (mdpl)

Secara administratif gunung yang begitu disucikan oleh masyarakat Hindu Bali ini terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. 

Pada letusan tahun 1963 Gunung Agung melakukan erupsi dahsyat dengan memuntahkan material lava dan lumpur. Dalam peristiwa ini setidaknya 1.500 penduduk tewas dan 90 keluarga terpaksa kehilangan tempat tinggal.

Gunung Agung dimasukkan ke dalam tipe stratovolcano dan memiliki kawah yang cukup besar serta dalam. Luas bagian kawahnya bisa mencapai 500 meter. Tak heran jika dari kawah ini dapat mengeluarkan asap dan belerang dalam jumlah yang cukup banyak.

Sekilas puncak Gunung Agung tampak menyerupai kerucut yang runcing sempurna jika dilihat dari Pura Besakih. Padahal sebenarnya puncak Gunung Agung berbentuk memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dengan ukuran cukup luas tersebut.

Gunung Agung memiliki tiga jalur pendakian resmi, yakni di bagian tenggara dari Budakeling lewat Nangka, bagian selatan lewat Sangkan Kuasa dan bagian barat daya melalui Pura Besakih. Untuk jalur melalui Pura Besakih merupakan jalur paling umum yang sering dipilih oleh pendaki dengan pertimbangan keamanan.

Dari atas puncak Gunung Agung dengan ketinggian lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut, pendaki dapat menyaksikan kokohnya Gunung Rinjani di Pulau Lombok, gugusan Kepulauan Nusa Penida, Gunung Batur dan Pantai Sanur.

Memiliki Aturan Tersendiri Bagi Pendaki

Dalam silsilah kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Gunung Agung dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan juga terdapat istana dewata. 

Mereka begitu menghormati gunung ini sebagai tempat keramat nan suci. Maka tak heran ketika berbagai macam peraturan adat diberlakukan bagi para pendaki yang ingin mendaki Gunung Agung.

Tips Traveling: Pesona Gunung Agung Bali
credit:instagram@advendy_

Berikut ini adalah beberapa aturan adat yang wajib ditaati oleh para pendaki, antara lain:

1. Gunung Agung dan Aturan Kepercayaan - Tidak Mendaki Saat Hari Besar Keagamaan

Usahakan untuk tidak mendaki Gunung Agung pada hari-hari diadakannya upacara agama di Pura Besakih ataupun di Pura Pasar Agung. Hal ini mungkin dilakukan untuk menjaga kesucian Gunung Agung, mengingat Bali merupakan daerah dengan unsur adat yang begitu kental.

Berbagai Pura yang ada di Gunung Agung letaknya memang lebih rendah dari jalur pendakian, sehingga tidak sopan jika ada upacara agama di bawah, pendaki melewati atasnya.

2. Gunung Agung dan Aturan Kepercayaan - Wanita yang Menstruasi Dilarang Mendaki

Untuk wanita yang sedang datang bulan dilarang untuk ikut mendaki. Masyarakat Hindu Bali begitu menghormati kesucian Gunung Agung dan area sekitarnya. Wanita yang sedang datang bulan dianggap sedang kotor dan dianggap dapat menyebabkan malapetaka jika dipaksakan ikut mendaki.

3. Gunung Agung dan Aturan Kepercayaan - Dilarang Membawa Makanan Berbau Sapi Ketika Mendaki

Tidak boleh membawa makanan atau minuman yang berbau binatang sapi ketika Anda mendaki Gunung Agung, karena sapi adalah salah satu binatang yang disucikan oleh masyarakat Hindu.

4. Gunung Agung dan Aturan Kepercayaan - Jumlah Pendaki Harus Genap

Jumlah pendaki Gunung Agung harus berjumlah genap. Masyarakat Hindu Bali sangat percaya bahwa mendaki Gunung Agung dengan jumlah pendaki ganjil akan membawa malapetaka bagi para pendaki itu sendiri.

Pura Besakih di Gunung Agung yang Artinya Selamat

Pulau Bali dikenal dengan julukan pulau sejuta pura. Salah satu yang paling terkenal dan terbesar adalah Pura Besakih. 

Pura ini dipuja bukan hanya dari kalangan masyarakat Hindu Bali, melainkan masyarakat Hindu seluruh Indonesia. Letaknya yang berada di lereng Gunung Agung membuat posisi Gunung Agung sebagai gunung suci umat Hindu tak dapat tergantikan.

Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung memiliki 18 pura dengan 1 pura utama. Terletak setidaknya 1000 meter di atas permukaan laut. Pura yang juga disebut sebagai Pura Penataran ini adalah pusat kegiatan dari seluruh pura yang ada di Bali.

Di Pura Penataran Agung terdapat 3 buah arca utama. Ketiga arca ini melambangkan Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.

Bagi masyarakat Hindu Bali, Pura Besakih yang kebetulan terletak di kaki Gunung Agung ibarat kepalanya Pulau Bali. Mereka biasa menyebut Huluning Jagat Bali. 

Seperti halnya tubuh manusia, kepala memiliki kedudukan yang amat penting. Masyarakat Bali menyebut kepala sebagai Siwadwara, yaitu pintu masuk dan keluarnya roh Maha Agung (Siwa) secara mistis melalui ubun-ubun.

Sebagai Huluning Jagat Bali, Pura Besakih menjadi otomatis dianggap menjadi tempat yang sangat suci dan juga sangat dikeramatkan.

Banyak legenda menyertai keberadaan Pura Besakih di Gunung Agung. Beberapa legenda mengalir dari kisah-kisah lisan cerita rakyat Bali.

Menurut sumber-sumber ini, komplek Pura Besakih di kaki Gunung Agung didirikan pertama kali oleh Sri Kesari Warmadewa. Beliau adalah pendiri dinasti Warmadewa, sebuah dinasti yang lama menguasai Bali selama beberapa abad.

Sumber lain menyebutkan bahwa Mpu Kuturan dan Mpu Bharadah juga memiliki kaitan dengan Pura Besakih yang terletak di Gunung Agung. Mpu Kuturan oleh kalangan tradisional dihubungkan sebagai arsitek pembangunan Pura Besakih.

Namun yang sangat pasti Pura Besakih berasal dari zaman yang sangat tua sekali. Ini dibuktikan dengan banyaknya keberadaan peninggalan-peninggalan zaman megalitikum seperti menhir, tahta batu dan struktur teras piramid yang ditemukan di komplek Pura Besakih yang terletak di Gunung Agung.

Besakih sendiri berasal dari kata basuki atau wasuki. Dalam bahasa Sansekerta artinya selamat. Sementara dalam mitologi Samudramanthana, nama Besukih sebenarnya mengacu pada Naga Basukian. Naga Besukih adalah siluman naga yang mendiami Gunung Agung.

Menuju Puncak Gunung Agung

Tips Traveling: Pesona Gunung Agung Bali
credit:instagram@rajarimba_adventory

Untuk menuju puncak Gunung Agung melalui Pura Besakih, pendaki atau wisatawan bisa memulai perjalanan dari Kota Denpasar. Sedangkan dari Kota Semarapura bisa menuju langsung ke Pura Besakih dengan menumpang angkutan umum sejenis bemo.

Tiba di Pura Besakih, pendaki harus melanjutkan berjalan kaki kurang lebih selama 4 jam menuju tempat perkemahan. Seterusnya, pendaki akan melewati punggung Gunung Agung dengan konstruksi tanah datar sampai bertemu dengan puncak atau tubir kawah selama lebih 2 jam perjalanan.

Untuk para pendaki Gunung Agung sangat dianjurkan melakukan aktivitas pendakian pada musim kemarau, yang biasa terjadi antara bulan Juli hingga September. Hal ini dikarenakan sifat Gunung Agung yang memiliki jalur daki berbatu tajam, licin, serta suhu di puncak Agung yang dapat turun secara drastis hingga mencapai titik nol.

Secara umum total waktu yang dibutuhkan untuk naik-turun Gunung Agung dapat mencapai 15-20 jam perjalanan. Maka tidak berlebihan jika para pendaki dihimbau untuk mempersiapkan segalanya dengan maksimal, baik berupa perbekalan, peralatan dan fisik yang prima.

Bagi beberapa wisatawan yang memang belum terbiasa naik-turun gunung, di Gunung Agung tersedia jasa pemandu (guide) yang siap melayani selama 24 jam. Selain itu wisatawan juga dapat menyewa peralatan mendaki yang banyak terdapat di sekitar lokasi pendakian.

Untuk penginapan, pihak Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung menyediakan tempat untuk bermalam bagi wisatawan sebelum memulai pendakian. Beberapa losmen komersil juga tersedia di sini. 

Dan tidak ketinggalan, untuk urusan perut, masakan khas Bali siap memanjakan lidah pengunjung yang ingin datang ke warung-warung makan di sekitar lereng Gunung Agung.

Post a Comment for " Tips Traveling: Pesona Gunung Agung Bali"