Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Wisata Sejarah Dan Edukasi Benteng Fort Rotterdam

 

Benteng Fort Rotterdam
credit:instagram@hanryono

Benteng Fort Rotterdam Makassar - Ibukota provinsi Sulawesi Selatan, yakni Makassar banyak menawarkan atraksi dan objek wisata yang menarik hati para wisatawan, tidak hanya wisata alam, pantai atau kulinernya saja, akan tetapi Makassar juga terkenal dengan deretan koleksi benteng-benteng yang bersejarah dan menjadi tujuan wisata sejarah dan edukasi bagi pengunjung yang datang. 

Pada artikel kali ini, kita akan mencoba untuk mengenal secara lebih dekat dengan benteng yang terkenal dan bersejarah di kota Makassar yakni Benteng Fort Rotterdam.

Adalah Barbara Crossette yakni seorang wartawan dari "New York Times", yang menggambarkan benteng ini sebagai "The best preserved Dutch fort in Asia"

Benteng Kerajaan Gowa yang diambil alih oleh penjajah kolonial Belanda (berdasarkan perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667). Menurut catatan sejarah, Pangeran Diponegoro juga dipenjarakan di benteng ini dengan pintu sel penjara yang kecil.

Somba Upu Adalah Benteng Terkuat

Kota Makassar memiliki kurang lebih sekitar 20 buah benteng yang merupakan peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Gowa (1545-1667). Benteng utama bernama Benteng Somba Opu, yang menurut ilmuwan Inggris William Wallace merupakan benteng terkuat yang pernah dibangun di Indonesia.

Benteng Somba Opu ini dilindungi oleh sejumlah benteng - benteng yang lain, diantaranya:

1. Benteng Kale Gowa

2. Benteng Panakkukang

3. Benteng Barombong

4. Benteng Garassi

5. Benteng Mangara Bombang

6. Benteng Ana’ Gowa

Namun sangat di sayangkan karena benteng- benteng tersebut kini telah rusak, dan di antara benteng-benteng Kerajaan Gowa tersebut, Benteng Ujung Pandang adalah yang paling gagah berdiri dan dapat dinikmati sisa-sisa sejarahnya hingga sekarang.

Sejarah Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam pada awalnya bernama benteng Ujung Pandang karena letaknya yang berada di sebuah tanjung yang dalam bahasa Makassar disebut sebagai "Ujung", dan pada masa lampau di sekitar benteng tersebut terdapat hutan "Pandang" atau pandan.

Selain sebutan Benteng Ujung Pandang, benteng ini juga disebut sebagai Benteng Pannyuwa atau penyu, karena bentuknya yang menyerupai seekor penyu dan menghadap ke arah Selat Makassar.  Penyu di anggap sebagai binatang yang merepresentasikan cita-cita Kerajaan Gowa, yaitu berusia panjang dan berjaya di darat maupun lautan.

Benteng Ujung Pandang ini didirikan oleh Raja Gowa IX yang bernama Daeng Matanre Karang Manguntungi Tumaparisi Kallonna, dan diselesaikan pembangunannya oleh raja berikutnya pada tahun 1545 Masehi. Bentuk bangunan benteng Ujung Pandang menyerupai bentuk seekor Penyu yang memiliki lima sudut.

Dalam perjalanannya kemudian, Kerajaan Gowa ditaklukan oleh penjajah Belanda pada tanggal 18 November 1667,  dan hanya benteng Ujung Pandang ini sajalah yang dibiarkan tetap berdiri kokoh dan digunakan sebagai tempat penyimpanan komoditas, pemukiman pejabat kolonial Belanda dan sebagai penjara untuk para pejuang kala itu.

Arsitektur Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam
credit:instagram@indonesiandutch

Armada perang penjajah Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa di serang (Kesultanan Gowa yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, yaitu antara tahun 1655 hingga tahun 1669.).

Akibat dari serangan - serangan pasukan Belanda pulalah yang mengakibatkan sebagian benteng tersebut menjadi hancur. Akibat dari kekalahan perang ini , maka kemudian Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667 yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda.

Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian telah hancur tersebut dengan model arsitektur Belanda. Bentuk benteng yang tadinya berbentuk segi empat dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi sebelah barat. Nama benteng tersebut kemudian di sebut "Fort Rotterdam", yang merupakan nama tempat kelahiran  dari Gubernur Speelman.

Sejak saat itu, Benteng Fort Rotterdam berfungsi sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil bumi dan rempah-rempah dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara (Indonesia).

Dinding benteng ini berdiri kokoh menjulang setinggi 5 meter dengan tebal dindingnya sekitar 2 meter, dan memiliki pintu utama yang berukuran kecil. Jika dilihat dari udara, maka benteng ini berbentuk segi lima seperti Penyu yang hendak masuk kedalam pantai. 

Karena benteng ini bentuknya mirip Penyu, maka kadang - kadang benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu). Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kokoh dan posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya merupakan tempat senjata kanon atau meriam diatasnya.

Nama Fort Rotterdam oleh kolonial Belanda didasarkan kepada kota kelahiran Cornelis Speelman yang memimpin pasukan Belanda ketika mereka berperang dengan pasukan kerajaan Gowa di Makassar. 

Salah satu pejuang yang sempat yang ditahan di benteng ini adalah Pangeran Diponegoro yang sebelumnya bernama Pangeran Antawiryo, yang masih keturunan dari Raja Yogyakarta.

Alkisah, secara licik pasukan Belanda menjebak Pangeran Diponegoro dengan dalih diajak untuk berunding, akan tetapi pasukan Belanda malah menagkap dan kemudian memenjarakannya di Manado.

Pada tahun 1834, Pangeran Diponegoro kemudian dipindahkan ke benteng Fort Rotterdam tersebut sampai hari dimana Beliau meninggal dunia yaitu pada tanggal 8 Januari 1855.  

Sel penjara yang ada di benteng Fort Roterdam ini memiliki dua buah lengkungan. Satu lengkungan yang tinggi dan besar lengkap dengan jeruji. Satunya lagi adalah lengkungan yang sangat pendek sebagai pintu masuk kedalam sel tahanan.  Pintu masuk yang sangat pendek itu sengaja dibuat oleh penjajah Belanda sebagai simbol agar Pangeran Diponegoro tunduk dan patuh kepada Belanda.

Pangeran Diponegoro ditempatkan seorang diri di dalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Di ruang itu, Beliau disediakan sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan Shalat, Alquran, dan tempat tidur. 

Banyak orang yang kemudian meyakini bahwa Pangeran Diponegoro wafat di Makassar, lalu Beliau dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain yang mengatakan, bahwa makam Pangeran Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu Beliau wafat, pasukan Belanda memindahkannya ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa ataupun di Makasar.

Alamat Lengkap: No.Road, Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90171

Temukan Di Google Map

Demikianlah ulasan artikel mengenai Wisata Sejarah Dan Edukasi Benteng Fort Rotterdam. Semoga artikel ini berguna dan bermanfaat untuk Anda.

Post a Comment for "Wisata Sejarah Dan Edukasi Benteng Fort Rotterdam"