Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

The Simplicity of Dieng Plateau

The Simplicity of Dieng Plateau

Setelah menempuh perjalanan hampir ± 15 jam dari Jakarta, aku dan teman-temanku tiba di Dieng. Rasa capek yang aku rasakan terbayar pada saat turun dari bus, disambut dengan udara yang segar dan pemandangan yang hijau. 

Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah dari pertanian (sayur mayur) sampai sumber energi hidrotermal serta budaya dan kearifan lokal merupakan suatu anugerah bagi rakyat dataran Dieng.

Dari telaga kami mendaki ke bukit dan terdapat Theater Plateau yang menceritakan tentang kegiatan gunung berapi & letusan gunung berapi yang melanda Dieng. Dari beranda Theater Plateau, aku bisa melihat perbukitan hijau dan asap uap panas yang keluar dari kawah.

Di Malam hari, aku dan teman-temanku mengunjungi Komplek Candi Arjuna (bergaya arsitektur Hindu). 

Disana ada perhelatan pesta rakyat seperti pasar malam, api unggun & bakar jagung, pertunjukan wayang kulit, kembang api serta pelepasan lampion yang merupakan bagian dari kegiatan Culture Festival (DCF) ke-4 tahun 2013 yaitu prosesi pemotongan rambut gimbal yang akan diadakan besok hari.

Sikunir dan Desa Sembungan

Rasa dingin di pagi hari (pukul 03.00 pagi) tidak menghalangiku untuk mendaki dataran tinggi Dieng dan melihat indahnya matahari terbit di ufuk timur. Dari ketinggian aku bisa melihat Desa Sembungan (desa paling tinggi di Pulau Jawa) dan aku merasa diatas awan. 

Menikmati indahnya pemandangan di pagi hari dan segarnya udara terbayar sudah mengingat track yang panjang dan sempit sambil menikmati hangatnya minuman dan jajanan yang ditawarkan masyarakat setempat.

Sepanjang perjalanan turun, aku melihat aktivitas penduduk setempat sebagai petani. Selain sayur mayur (wortel, kubis & bawang-bawangan), jamur, carica (papaya gunung) & kentang menjadi komoditas andalan dari Dieng. 

Sebagian dari hasil pertanian itu diolah menjadi panganan dan menjadi oleh-oleh khas Dieng seperti manisan carica, keripik jamur dan lain-lain.

Mata Pencarian rakyat di Dieng kebanyakan sebagai petani dan kehidupan disana sangat sederhana. Alam banyak memberikan kebaikan buat masyarakat setempat. Secara geologi kawasan Dieng memiliki sumber-sumber energi hidrotermal (kawah uap, kolam lumpur & lapangan uap) dan menghasilkan energi yang diperbaharui (Renewable Energy) yang menghasilkan listrik.

Culture Festival (DCF) 

The Simplicity of Dieng Plateau

Kunjunganku ke Dieng pada saat itu salah satunya adalah untuk melihat Culture Festival (DCF). Suatu pengalaman yang unik bisa melihat budaya setempat yaitu prosesi pemotongan rambut anak gimbal yang menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan suatu anugerah dimana rambut gimbal tumbuh pada saat usia mereka 1 – 2 tahun dan pemotongan rambut tidak bisa dipaksa, sesuai dengan permintaan anak tersebut.

Acara ruwat rambut gimbal dilakukan di Kompleks Candi Pandawa. Kegiatan ini merupakan salah satu kekhasan dari dataran tinggi Dieng dan masyarakat setempat bersama-sama ikut ambil bagian dalam mensukseskan acara tersebut. Nilai-nilai kebersamaan & gotongroyong inilah yang masih dipertahankan di Dieng.

Telaga Warna, Teater Plateau dan Kawasan Candi Arjuna

The Simplicity of Dieng Plateau
credit:instagram@novemlawalata

Telaga Warna adalah kunjungan kami pertama. Telaga yang mempunyai nuansa warna hijau, biru, putih dan merah. Suasana yang tenang dan pemandangan yang indah.

Demikianlah ulasan singkat tentang The Simplicity of Dieng Plateau. Semoga ulasan singkat ini bermanfaat untuk para pembaca semuanya.

Post a Comment for " The Simplicity of Dieng Plateau"