Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Solo, Riwayatmu Kini | Media Travelling

kota-solo
credit:instagram@ilove_kotasolo

Bagi pecinta jalan-jalan dan pebisnis, mungkin kota budaya sekelas Solo sudah tidak asing lagi di telinga. Kota yang merombak habis tatanannya pada masa kepemimpinan Jokowi ini semakin cantik dan mengokohkan dirinya sebagai kota budaya berbasis modern. Tak salah memang jika kota ini menganggap dirinya sebagai Spirit Of Java.

Mengingat budaya yang masih terasa kental dapat berbaur dengan modernisasi dan pembangunan yang berbau multikulturalisme. 

Beberapa pusat bisnis juga dibangun di kota ini. Hal itu terbukti dengan tumbuh suburnya mall dan hotel sebagai investasi bisnis para pebisnis. 

Namun seringkali pelancong yang datang ke kota Solo terkadang harus menelan kekecewaan saat dua kubu Kasunanan Surakarta sedang bergejolak seperti beberapa waktu lalu. 

Akibatnya wisatawan yang berkunjung ke keraton pun terbatas, dan tak dapat menyaksikan kemegahan serta akulturasi budaya yang kental di dalamnya. 

Belum juga beberapa prosesi budaya seperti arak-arakan pusaka yang biasanya digelar saat Bulan Muharam tak dapat disaksikan karena ada dua kubu yang saling serang itu.

Sungguh rasa egois yang di tunjukkan bagi sosok pemimpin kebudayaan yang tidak memberikan rasa nyaman bagi wisatawan. 

Seharusnya mereka lebih dapat berkaca dan saling duduk bersama untuk berfikir tentang solo yang akan datang, bukan masalah pribadi yang berimbas pada sektor yang lain.

Namun meninggalkan sedikit masalah tersebut, Solo sudah banyak berbenah saat ini. Wisatawan dimanjakan dengan kota kecil berbasis Budaya Jawa namun memiliki gaya Eropa. Sebagai gambaran pertama kita dapat melihat arsitektur yang ada di Keraton Surakarta. 

Bangunan itu dirancang bergaya Eropa-Tiongkok dengan beberapa patung dan ornamen khas eropa. Begitu juga dengan menara yang dibangun menyerupai pagoda. 

Tak hanya sampai disitu saja,  kalau kita berwisata ke Solo, hal menarik pertama adalah menelusuri Solo City Walk di sepanjang jalan Slamet Riyadi yang membentang kurang lebih 7 kilometer. 

Di jalan yang biasanya Solo Car Free Day ini dilaksanakan setiap minggunya, sembari berjalan di atas trotoar yang lebar dengan payung pepohonan yang rindang, kita dimanjakan dengan pemandangan kota yang rapi. 

Selain itu wisatawan juga dapat mengunjungi kampung batik kauman yang berada di sekitaran jalan itu.

Beberapa pusat kebudayaan juga berada persis di sepanjang jalan kota yang kini menjadi salah satu ikon kota Solo ini. 

Beberapa diantaranya adalah Museum Batik Kuno Nasional Danar Hadi, Taman Sriwedari, Pura Mangkunegaran dan Museum Radya Pustaka. 

Kalau beruntung wisatawan juga akan disuguhi Kereta Jaladara yang melintas sejajar dengan Solo City Walk, itu tentunya akan memberi pengalaman yang berbeda, mengingat ada kereta uap berjalan di tengah kota. 

Nampak seperti sedang di Eropa bukan?. Bagi yang suka akan wisata belanja tak usah berkecil hati, karena pembangunan Solo yang berbasis kota bisnis dan modern ini sudah menghadirkan banyak mall di kota kecil ini. 

Bahkan beberapa diantaranya berjajar di sepanjang jalan Slamet Riyadi, tentunya sambil menikmati kota melalui Solo City Walk juga dapat mampir ke pusat perbelanjaan dan mall bahkan pasar tradisional Klewer juga dapat ditempuh di rute ini. Membeli oleh-oleh, souvenir, atau sekedar belanja tak jadi masalah lagi.

Jika berjalan kaki terasa melelahkan atau masih ingin melihat landscape Solo yang lebih luas, tak ada salahnya mencoba wahana baru di kota Solo. 

Bus tingkat Werkudoro. Bus warna merah ini di desain mirip dengan bus yang ada di London dan beberapa kota besar Eropa. 

Hanya dengan membayar tiket sebesar 20.000 rupiah wisatawan sudah dapat menikmati keindahan Solo dari atas bus tingkat ini. Bus ini akan mengunjungi tempat-tempat yang menjadi ikon kota Solo seperti Keraton Surakarta dan Kampung Batik Laweyan. 

kampung-batik-laweyan-solo
credit:instagram@sonylaksono1973

Sayangnya bus ini tidak beroperasi setiap hari,melainkan hanya di hari Sabtu, Minggu, dan hari libur dengan pemesanan tiket satu hari sebelumnya. 

Mungkin pihak terkait harus menambah armadanya sehingga rute perjalanan dapat dilayani setiap hari tanpa pemesanan tiket sebelumnya, sehingga kenyamanan wisatawan dapat terpenuhi.

Kota Solo juga menawarkan banyak taman kota untuk beristirahat atau sekedar merefresh pikiran yang penat akan aktivitas. 

Taman Balai Kambang yang bersejarah hingga Taman Perjuangan 45 serta taman-taman kecil lainnya wajib di coba untuk meregangkan otot sementara. 

Keberadaan taman-taman itu menambah kokohnya Solo yang menduplikasi tata kota Eropa Jawa. Solo yang sedang bergejolak, riwayatmu kini menjadi sebuah kota kecil dengan akulturasi budaya yang apik. 

Tunggu apa lagi, kalau ingin merasakan budaya Jawa yang modern seperti yang penulis rasakan beberapa waktu lalu tak perlu ragu untuk berkunjung ke Solo, The Spirit Of Java. 

Post a Comment for " Solo, Riwayatmu Kini | Media Travelling"