Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Travelling Dan Wisata Ke Telaga Cebong Dieng Plateu



Travelling Dan Wisata Ke Telaga Cebong Dieng Plateu
image : flickr.com

Media Travelling- Asal muasal adanya Telaga Cebong terbentuk akibat dari letusan gunung berapi pada masa lampau yang mengakibatkan terjadinya kawah. Melihat dari luas telaga Cebong letusan gunung berapi pada masa lalu tersebut sangatlah dahsyat. Pada mulanya luas telaga Cebong sekitar 18 hektare namun kini luasnya hanya sekitar 12 hektare saja.

Telaga Cebong terletak di kawasan wisata dataran tinggi Dieng tepatnya di desa Sembungan yakni wilayah desa tertinggi di pulau jawa. Lokasi telaga Cebong berada di bagian sebelah barat gunung Sikunir. Di sebut sebagai telaga Cebong karena bentuk telaga yang mirip dan menyerupai kecebong yakni anakan katak yang masih kecil.

Selain menjadi andalan bagi para petani di sekitar wilayah tersebut untuk mengairi lahan pertaniannya, kini telaga Cebong juga di manfaatkan dan di kembangkan menjadi sebuah obyek wisata yang ternyata sangat berhasil menarik kedatangan banyak wisatawan untuk datang kesana. Waktu terbaik untuk menyaksikan keindahan telaga Cebong adalah pada pagi hari dimana pada saat itu air permukaan telaga nampak berkilau seperti minyak akibat dari pantulan sinar matahari pagi.

Seiring perjalanan waktu penyusutan area telaga Cebong juga terus terjadi. Hal tersebut di akibatkan oleh proses sedimentasi yang terjadi karena proses alamiah. Untuk mengembalikan kondisi telaga Cebong seperti semula maka Pemerintah telah melakukan upaya pengerukan lumpur, sampah dari dalam telaga dan juga telah melakukan proses rehabilitasi telaga Cebong tersebut.

Selain telaga Cebong di desa Sembungan sebenarnya masih ada satu buah telaga lagi yakni telaga Wurung yang berada pada puncak gunung Pakuwojo.

Berdasarkan pada cerita yang berkembang di sekitar wilayah tersebut terdapat sebuah cerita yang mengakibatkan terjadinya telaga Wurung tersebut. Konon keberadaan telaga bermula dari persaingan dua orang kakak beradik untuk memenangkan perlombaan yakni membuat sebuah telaga yang di berikan oleh bapak mereka.

Sang Kakak yang rajin bekerja memilih sebuah lokasi untuk membuat telaga di puncak gunung Pakuwojo sementara sang adik yang merupakan seorang pemalas memilih lokasi yang dekat dengan tempat tinggal mereka yakni  di sebelah barat gunung Sikunir.

Ketika waktunya telah tiba maka pada pagi - pagi sekali sang kakak telah naik ke gunung Pakuwojo dan memulai pekerjaannya membuat sebuah telaga. Sang Adik yang pemalas sendiri memilih untuk tidur hingga bangun menjelang siang hari. Saat matahari sudah mulai condong ke arah barat, sang kakak telah menyelesaikan hampir keseluruhan telaga yang dia buat. Air pun mulai mengalir kedalam telaga yang berasal dari akar pepohonan di sekitar telaga tersebut.

Sementara itu sang adik yang pemalas bahkan belum menyelesaikan separuh pekerjaannya. Bentuknya bahkan belum begitu jelas dan malah mirip dengan bentuk anakan katak atau kecebong. Dia tidak terlalu memikirkan dari mana sumber air yang akan dia tampung kedalam telaga yang dia buat.

Ternyata dibalik itu semua sang adik menyimpan sebuah niat jahat untuk mengelabui kakaknya. Ketika sudah sore dia segera naik kepuncak gunung Pakuwojo untuk menemui kakaknya. Dia kemudian mengatakan bahwa kakaknya telah di myatakan menang dalam perlombaan tersebut dan mengatakan bahwa Ayahnya telah menyiapkan hadiah berupa hidangan yang sangat lezat dan mengatakan bahwa ayah mereka akan segera mempertemukannya dengan calon istri yang cantik dan rupawan untuk kakanya itu. Mendengar kabar tersebut maka kemudian sang kakak segera bergegas pulang ke rumah.

Setelah sang kakak pulang kerumahnya sang adik kemudian mulai menjalankan niat jahatnya. Dia kemudian membobol tanggul telaga buatan kakanya dan mengalirkan airnya menuju kedalam telaga yang dia buat. Dalam waktu yang sebentar saja maka telaga buatannya telah penuh terisi air bahkan meluap hingga ke tanggul telaga. Sementara itu telaga sang kakak sontak saja mengering.
Dia kemudian bahkan tidak pulang ke rumahnya dan memilih untuk menunggui telaga buatannya hingga pagi menjelang.

Sang bapak akhirnya mencari keberadaan sang adik di sekitar telaga. Melihat telaga yang telah penuh dengan air maka sang bapak itu kemudian mengatakan kalau sang adiklah pemenang dari perlombaan tersebut dan akan segera menikahkannya dengan calon istri yang telah disiapkan olehnya.
Hingga sekarang telaga buatan sang kakak masih saja kering dan tidak ada airnya, dan oleh karena itu kemudian telaga tersebut di sebut sebagai telaga Wurung yang artinya adalah telaga yang tidak jadi atau gagal.

Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut ada sebuah pelajaran yang patut untuk di jadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua. Bahwa kedengkian, rasa iri dan niat jahat selalu ada dalam diri manusia sehingga kita harus berusaha untuk menghilangkan penyakit hati tersebut dari dalam diri kita.

Demikian artikel tentang telaga Cebong beserta asal muasalnya, semoga bermanfaat untuk anda dan juga saya.

Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya.


Post a Comment for "Travelling Dan Wisata Ke Telaga Cebong Dieng Plateu"