Mengenal Siapa Arsitek Dan Bentuk Tugu Monumen Nasional (Monas)
Perkembangan sejarah pembangunan tugu Monumen Nasional (Monas) berawal dari ide yang di cetuskan oleh Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka Presiden Soekarno mengadakan semacam sayembara untuk memilih rancangan arsitektur tugu Monumen Nasional tersebut. Maka pada tahun 1955 di adakanlah sayembara rancangan tugu Monumen Nasional. Rancangan tersebut harus merefleksikan dan melambangkan karakter dan semangat bangsa Indonesia selama berabad - abad lamanya.
Tidak kurang dari 51 buah rancangan arsitek ternama yang masuk dalam sayembara tersebut, namun pada akhirnya terpilihlah karya dari arsitek Frederich Silaban. Namun demikian rancangan dari Federich Silaban tersebut ternyata membutuhkan biaya pembangunan yang sangat mahal dan kurang sesuai dengan kondisi ekonomi pada masa itu.
Rancangan tugu Monas menganut konsep design universal yang menggabungkan bentu Lingga dan Yoni. Bentuk tugu obelisk melambangkan Lingga yakni elemen laki - laki yang maskulin dan juga aktif, sementara bentuk pelataran tugu melambangkan Yoni, yaitu melambangkan elemen wanita yang pasif. secara keseluruhan bentuk Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan dan juga keharmonisan. Kedua konsep ini sudah di kenal di Nusantara sejak zaman dahulu kala. Selain itu bentuk Linggga dan Yoni merupakan bentuk Alu dan juga Lesung yakni alat penumbuk padi pada zaman dahulu, yang melambangkan kekhasan bangsa Indonesia.
Total tinggi Monumen Nasional (Monas) adalah 134 meter, dengan tinggi obelisk sekitar 117,7 meter dan tinggi pelataran cawan 17 meter. Pada bagian puncak tugu tersebut terdapat bentuk lidah api obor yang menyala - nyala yang di lapisi dengan emas seberat 35 kg. Salah seorang yang merupakan penyumbang emas tersebut adalah seorang pengusaha dari Aceh yang bernama Teuku Markam. Beliau adalah seorang pengusaha yang sangat masyhur di Aceh kala itu. Beliau menyumbangkan sebanyak 28 kg emas untuk pembangunan tersebut. Pada perkembangannya pada tahun 1995 lidah api tersebut kembali di lapisi ulang dengan emas , sehingga jika di total maka berat keseluruhan emas yang di gunakan untuk melapisinya menjadi 50 kg.
Makna dari bentuk lidah api tersebut merupakan lambang dari semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah padam.
Total tinggi Monumen Nasional (Monas) adalah 134 meter, dengan tinggi obelisk sekitar 117,7 meter dan tinggi pelataran cawan 17 meter. Pada bagian puncak tugu tersebut terdapat bentuk lidah api obor yang menyala - nyala yang di lapisi dengan emas seberat 35 kg. Salah seorang yang merupakan penyumbang emas tersebut adalah seorang pengusaha dari Aceh yang bernama Teuku Markam. Beliau adalah seorang pengusaha yang sangat masyhur di Aceh kala itu. Beliau menyumbangkan sebanyak 28 kg emas untuk pembangunan tersebut. Pada perkembangannya pada tahun 1995 lidah api tersebut kembali di lapisi ulang dengan emas , sehingga jika di total maka berat keseluruhan emas yang di gunakan untuk melapisinya menjadi 50 kg.
Makna dari bentuk lidah api tersebut merupakan lambang dari semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah padam.
Pada bagian sekeliling tugu Monas di bangun juga kolam air yang berukuran 25 x 25 meter dan dirancang sebagai salah satu bagian dari
sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekat
kolam air tersebut dibangun pula air mancur dan patung pahlawan yakni Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang
kuda. Patung tersebut terbuat dari perunggu dengan berat 8 ton. Patung tersebut dibuat oleh seorang pemahat dari Italia yakni Prof. Coberlato. Patung tersebut merupakan sumbangan dari Konsul Jenderal Kehormatan Italia yakni Dr. Mario.
Pada setiap sudut halaman bagian luar yang mengelilingi monas tersebut terdapat relief - relief yang menggambarkan tentang sejarah bangsa Indonesia. Relief - relief tersebut berawal dari sudut timur laut, searah jarum jam menuju sudut bagian tenggara barat daya dan barat
laut. Relief - relief tersbut dimulai dengan gambaran tentang kejayaan Nusantara, masa penjajahan sampai ke masa
pembangunan Indonesia secara modern sekarang ini.
Pada bagian dasar monas, yakni 3 meter di bawah permukaan
tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang museum sejarah tersebut dilengkapi dengan 51 buah bentuk diorama yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia dari sejak masa pra
sejarah sampai ke masa Orde Baru. Di dalam gedung yang berbentuk seperti cawan terdapat ruang
Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan tersebut berfungsi untuk menyimpan simbol
kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satu diantaranya adalah naskah asli
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Lambang Negara, Peta Negara Indonesia dan sebagainya.
Bagi pengunjung yang hendak menuju ke puncak monas, tersedia sebuah elevator (lift) yang berkapasitas 11 orang. Lift tersebut akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak Monas
yang berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Dari sana pengunjung bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas.
Tugu Monumen Nasional (Monas) diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto dan sejak saat itu pula mulai dibuka untuk umum. Bagi anda yang ingin mengajak putra - putri anda berkunjung ke Monas maka hal tersebut sangat baik bagi mereka. dengan berkunjung kesana maka putra - putri anda akan mendapatkan banyak ilmu pengetahuan selain dari hanya sekedar berekreasi saja.
Demikianlah artikel singkat ini semoga berguna dan bermanfaat.
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Demikianlah artikel singkat ini semoga berguna dan bermanfaat.
Terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Post a Comment for "Mengenal Siapa Arsitek Dan Bentuk Tugu Monumen Nasional (Monas)"